Rabu, 14 Maret 2012

KISRUH PSSI AFC dan FIFA Restui KLB

JAKARTA (Suara Karya): Komitmen 542 anggota PSSI mendukung adanya perubahan melalui kongres luar biasa (KLB) bakal terwujud. Pasalnya, Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) telah merespons laporan pelanggaran statuta yang dilakukan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) sebagai pemegang mandat 542 anggota yang menginginkan adanya KLB.
"Kami tak pernah khawatir mengusung KLB, apalagi sudah sesuai dengan statuta di mana dua pertiga anggota menginginkannya. PSSI itu bukan milik perseorangan, tetapi milik anggota. Jadi, buat apa kami mendengar suara Djohar Arifin cs yang jelas-jelas melanggar statuta," kata CEO PSMS Medan, Idris SE, usai rapat evaluasi Indonesia Super League (ISL) di Jakarta kemarin.
Menurut Idris, PSMS Medan sejak awal tidak pernah ragu memberikan dukungan kepada KPSI untuk menggelar KLB di Surabaya, Jawa Timur, pada 9 Maret 2012. Nyatanya, dukungan itu membuahkan hasil dengan laporan KPSI yang telah mendapat respons yang baik dari AFC dan FIFA.
"AFC dan FIFA bukan hanya merespons laporan KPSI tentang pelanggaran statuta yang dilakukan Djohar Arifin Husin cs, melainkan juga bersedia memenuhi undangan KLB yang digelar KPSI," ujarnya.
Dalam KLB itu, menurut Idris, ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, agenda utama pergantian Ketua Umum PSSI. Kedua, dibentuknya kembali komite normalisasi (KN). "Semua tergantung pada arahan AFC dan FIFA," ujarnya.
Idris meminta pemerintah, dalam hal ini Menpora Andi Mallarangeng dan Ketua Umum KONI Pusat Tono Suratman, segera menghentikan tindakan tidak terpuji Djohar Arifin Husin cs menjalankan politik adu domba dengan membentuk klub ganda dan memecat ketua pengprov PSSI yang menentang kebijakannya.
"Saya minta Menpora dan KONI Pusat menghentikan tindakan tak terpuji yang bisa memecah belah masyarakat sepak bola. Jangan dibiarkan meluas sehingga menimbulkan konflik yang tidak diinginkan," ujarnya.
Upaya memecah belah itu sudah dilakukan PSSI dengan membentuk PSMS IPL dan pengprov PSSI yang dalam sepekan dibentuk. Bahkan, mereka juga mengajak klub-klub untuk mengikuti kompetisi yang dibuat PSSI. "Upaya mereka gagal total karena tak ada satu pun klub yang mau dikumpulkan," kata Idris yang juga Ketua Klub Se-Sumatera Utara.
Sementara itu, meski klub asal Aceh, Persiraja Banda Aceh, merumput di Indonesian Premier League (IPL), tetapi klub Aceh lainnya, PSAP Sigli, tak akan pernah mau masuk dalam liga yang digelar PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS).
"PSAP Sigli tak akan pernah mau dibohongi. Makanya, kami lebih memilih berada di Indonesia Super League (ISL) yang berada di bawah naungan PT Liga Indonesia (LI)," kata Mukhlis, Ketua PSAP Sigli.
Menurut Mukhlis, yang memilih tidak aktif sebagai anggota Komite Fair Play dan Tanggung Jawab Masyarakat PSSI, PT LPIS pernah menjanjikan akan memberikan dana kompetisi sebesar Rp 1 miliar kepada setiap klub peserta. Namun, janji suntikan dana itu tidak pernah terealisasi.
Ia mengakui, PSAP Sigli memang pernah ditawarkan bergabung dalam konsorsium, tetapi ditolak. "Kami nggak mau PSAP Sigli diurus orang lain karena kami sanggup mengurus diri sendiri," tuturnya.
"Saat ini klub yang berada di IPL itu menjadi sapi perahan dengan adanya ketentuan harga pemain dari PT LPIS," ujarnya.
PSSI sendiri saat ini tampaknya mulai kalap dengan memberi sanksi membabi buta. Sejumlah klub dikenai sanksi denda ratusan juta, bahkan ada yang sampai dikeluarkan dari keanggotaan PSSI hanya lantaran tidak sependapat dengan kebijakan PSSI.
"PSSI di bawah Djohar kelihatan sekali sudah gelap mata. Makin mereka merespons dengan sanksi, makin besar dorongan untuk KLB. Ini sebuah fakta yang tidak bisa dimungkiri," ujar Mukhlis.

Menurut Mukhlis, saat ini klub di bawah ISL, yakni Divisi Utama sampai Divisi III, sudah merapatkan barisan untuk mendukung KLB. "Jadi, tidak benar jika ada yang mengatakan tuntutan KLB hanya datang dari klub-klub papan atas di ISL saja," ujarnya. (Ashari/Syamsudin W)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar